Sebelum Islam datang, kota Madinah bernama kota Yatsrib. Penduduknya terdiri dari dua golongan besar yang sering bertikai dan berperang, yaitu:
1. Golongan bangsa Yahudi yang terdiri dari :
Kota Yatsrib termasuk daerah subur dan pusat pertanian serta merupakan jalur perdagangan ramai yang menghubungkan antara Yaman di selatan dan Syiria di Utara.
Ketika agama Islam dapat diterima dengan baik oleh penduduk Yastrib, Nabi Muhammad kemudian mengizinkan umat Islam yang ada di Mekkah untuk berhijrah ke Yastrib yang saat ini dikenal dengan Madinah. Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya itu “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla telah menjadikan orang – orang Yastrib sebagai saudara – saudara bagimu dan negeri itu sebagai tempat yang aman bagimu.” Orang – orang Quraisy yang mengetahui akan perkembangan Islam di Yastrib semakin khawatir apabila Nabi Muhammad berkuasa di Yastrib. Maka para pemuka – pemuka Quraisy melakukan persidangan untuk merencanakan tindakan apa yang akan diambil terhadap Nabi, akhirnya mereka memutuskan untuk membunuh Nabi Muhammad demi keselamatan masa depan mereka.
Di malam yang sudah direncakana oleh kaum Quraisy, mereka mengirim kan seorang pemuda pilihan dari setiap sukku Quraisy untuk membunuh Nabi. Namun diwaktu yang bersamaan, Rasulullah menyuruh Ali Bin Abi Thalib untuk menggunakan jubahnya yang berwarna hijau dan tidur di kasur beliau. Rasulullah meminta Ali supaya tinggal dulu di Mekkah untuk beberapa keperluan dan melaksanakan amanat umat sebelum berangkat Hijrah.
Para pemuda yang dikirim oleh bangsa Quraisy, mengintip dari celah jendela kea rah kamar Rasulullah dan melihat sosok yang sedang tertidur di kasur. Merekapun puas karena orang yang diincar belum lari.
Menjelang larut malam, Rasulullah keluar rumah menuju kediaman Abu Bakar Ashshiddiq. Beliau keluar melalui jendela pintu belakang kearah selatan ke kota Yaman, tujuannya adalah Gua Tsur.
Para pemuda Quraisy yang berencana menyergap rumah Rasulullah, akhirnya memasuki rumah beliau dan alangkah terkejutnya yang mereka dapatkan bukanlah Muhammad melainkan Ali. Maka pencarian dan pengejaran secara besar – besaranpun dilakukan oleh bangsa Quraisy. Mereka menawarkan 100 ekor unta bagi yang dapat menemukan Muhammad.
Setelah keluar rumah, Nabi Muhammad menempuh perjalanan ke Gua Tsur yang berjarak ±7 km di selatan kota Mekkah, sedangkan Yastrib sendiri berada di sebelah Utara Kota Mekkah dan berjarak 320 km (200 mil) dapat ditempuh dalam 14 hari. Hal ini dilakukan beliau untuk mengelabui kaum Quraisy yang telah mengepung kota Mekkah dengan melewati jalur yang tidak biasa menuju ke Yastrib.
Dalam perjalanannya, Rasulullah ditemani oleh Abu Bakar Ahshiddiq. Dalam perjalanannya, Abu Bakar terkadang berjalan di depan Rasulullah dan terkadang di belakang Rasulullah. Melihat ini, kmeudian Rasulullah bertanya dan Abu Bakar pun menjawab ”Wahai Rasulullah, kalau saya ingat pengintai didepan, maka saya sengaja berjalan di depan, kalau saya ingat pengejar, maka saya berjalan dielakang.”
Kata Rasulullah “Apakah kamu ingin jika terjadi sesuatu, engkau yang mengalaminya, bukan aku?” . lalu Abu Bakar menjawa lagi “iya.” Demikianlah hingga keduanya sampai di dalam Gua Tsur. Para pengejar tidak dapat melacak keberadaan Rasulullah karena di muka gua terdapat jaring laba – laba yang mengidentifikasikan bahwa tidak ada yang melewati gua untuk rentan waktu yang lama.
Didalam gua, Abu Bakar sangat khawatir mendengar langkah kaki para pengejar. Ia berkata kepada Rasulullah ”Wahai Rasul, andai salah seorang dari mereka menemukan kita, habislah kita. Jika aku mati, apalah diriku. Tapi jika dirimu yang mati, tamatlah riwaat dan dakwahmu. Bagaimana jadinya?”.
Beliau menjawab dengan balik bertanya, “Bagaimana menurutmu dengan (keadaan) dua orang dimana Allah adalah yang ketiganya? janganlah bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.
Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di dalam Gua selama 3 hari yaitu Jumat, Sabtu, dan Ahad. Selama itu berlangsung pertolongan bagi mereka berdua:
Pada waktu itu, Abu Bakar menawarkan satu dari unta tersebut sebagai hadiah untuk Rasulullah, namun Rasulullah menolaknya dan memaksa membeli unta itu. Abu Bakarpun terpaksa menerima pembayaran unta tersebut seharga 400 dirham. Unta inilah yang dikenal sebagai unta Rasulullah yang dinamau Quswa.
Pada malam senin tanggal 1 Raobiul awal tahun pertama hijriyah atau 16 September 622 M, Rasulullah SAW, Abu Bakar Ashshiddiq, Amir Bin Fuahirah, beserta Abdullah Bin Uraiqith sebagai penunjuk jalan keluar dari Gua Tsur dan berangkat menuju Madinah pada siang hari.
Manakala Rasulullah menyusuri pantai dalam perjalanannya menuju Madinah, di daerah Bani Mudlij, seseorang melihat mereka dan melaporkan kepada Suraqah bin Malik bin Ju’syum (pemimpin daerah tersebut). Namun ia menyangkalnya karena ingin menangkap Rasulullah dan sahabatnya sendirian dengan iming – iming harta yang ditawarkan bangsa quraisy.
Setelah itu, dia memacu kudanya mengejar Rasulullah dan Abu Bakar. Abu Bakar yang mengetahuinya berkata, Ya Rasulullah, lihat Suraqah bin Malik mengikuti kita.” Rasulullah pun berdoa. Akhirnya kuda
Suraqah beberapa kali tersungkur. Kemudian dia berputus asa, lalu Suraqah memanggil nama Nabi dan meminta perlindungan dari bahaya dan juga mengucapkan beribu maaf.
Suraqah kemudian menyerahkan tambahan bekalan makanan kepada Rasulullah, namun Rasulullah menolak secara halus sambil mengatakan, “Tidak. Tapi alihkan perhatian para pengejar dari kami.” Maka setelah itu setiap kali bertemu dengan para pencari jejakrombongan Rasulullah, Suraqah selalu mengatakan: “Saya sudah mencari maklumat dan tidak terlihat yang kalian cari.’
Demikianlah, awalnya dia berusaha menangkap Rasulullah dan Abu Bakar, namun akhirnya dia menjadi pelindung.
Dari Suraqahlah Nabi mulai mengetahui tentang imbalan 100 ekor unta jika berhasil menangkapnya. Nabi tersenyum dan memerintahkan untuk merahasiakan tentang kepergian dirinya.
Selanjutnya Nabi dan sahabat Abu Bakar singgah di sebuah perkemahan milik seorang perempuan bernama Ummu Ma’bad. Mereka hendak membeli kurma, daging, dan air susu. Pada saat itu nabi melihat seekor kambing yang kurus menderita payah dan sakit. Beliau hendak memerah susunya dengan ijin Allah memancarlah begitu banyak air susu, padahal kambing itu sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air susu. Susu kambing itu kemudian ditampung dalam sebuah bejana. Rasulullah menyuruh Ummu Ma’bad minum, setelah itu para sahabatnya, baru kemudian Rasululah sendiri.
Setelah semua puas, Raasulullah memenuhi bejana itu kembali dan meninggalkannya di sana, kemudian meneruskan perjalanan. Tidak lama kemudian, Abu Ma’bad suami Ummu Ma’bad pulang dan terheran - heran melihat bejana yang penuh dengan air susu. Dia bertanya dari mana ini susu itu datangnya? Ummu Ma’bad mengatakan bahawa baru saja singgah seorang lelaki penuh berkat dengan sifat demikian dan demikian. Mendengar keterangan isterinya, Abu Ma’bad segera meyakini bahawa orang itulah yang dicari-cari kaum Quraisy. Ia pun bercita - cita untuk bertemu dengan Rasulullah dan menjadi pengikutnya.
Akhirnya, Rasulullah tiba dengan selamat di kota Madinah pada hari Jum’at, 12 Rabi’ul Awwal, tahun 13 Kenabian/12 atau 13 September 622 M. Saat itu seorang Yahudi yang ketika memanjat rumahnya untuk suatu keperluan, melihat bayangan dari jauh dan tidak dapat menahan dirinya. Dengan lantang dia berteriak bahawa yang ditunggu-tunggu telah datang.
Mendengar hal itu, orang-orang Ansar bergegas menyandang senjata dan menuju ke pinggiran bandar menyambut rombongan Rasulullah. Kaum muslimin bertakbir gembira dengan kedatangan rombongan Rasulullah ini. Mereka menyambut dengan penuh kehormatan menurut syariat Islam. Setelah melalui berbagai rintangan, Rasulullah bersama rombongan akhirnya berjaya memasuki bandar Madinah.